Thursday, 12 November 2015

Faedah : Segala-galanya Kerana Allah swt



Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ” Tujuh orang yang akan dilindungi Allah dalam naungan-Nya iaitu:
1. Imam (pemimpin) yang adil;
2. Pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah pada Allah;
3. Orang yang hatinya selalu terikat pada masjid;
4. Dua orang yang saling mencintai kerana Allah, berkumpul karena Allah dan berpisah kerana Allah;
5. Seorang lelaki yang dirayu oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan dan kecantikan tetapi ia menolaknya seraya berkata ‘Aku takut kepada Allah’;
6. Orang yang bersedekah sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diperbuat oleh tangan kanannya; dan
7. Seorang yang berdzikir kepada Allah sendirian lalu menitikkan airmatanya.”
(HR. Bukhari Muslim)
4. Dua orang yang saling mencintai karena Allah Subhanahu wa ta’alaa, berkumpul karena Allah dan berpisah kerana Allah
Dua orang yang saling mencintai karena Allah akan mendapatkan lindungan dari Allah Subhanahu wa ta’alaadi akhirat nanti, dan Allah Subhanahu wa ta’alaaakan mengizinkan kedua orang tersebut untuk masuk ke dalam syurga-Nya.
Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab Shahih-nya dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Ada seorang lelaki yang ingin mengunjungi saudaranya di sebuah desa. Di dalam perjalanannya Allah Subhanahu wa ta’alaa mengutus seorang malaikat untuk mengawasinya. Ketika lelaki itu sampai padanya, malaikat itu berkata, “Kemanakah engkau akan pergi?’ Lelaki itu menjawab, ‘Aku ingin mengunjungi saudaraku di desa ini.’ Malaikat itu bertanya lagi, ‘Apakah engkau punya kepentingan dari kenikmatan di desa ini?’ Lelaki itu menjawab, ‘Tidak, hanya saja aku mencintainya kerana Allah.’ Kemudian malaikat itu berkata, ‘Sesungguhnya aku adalah utusan Allah Subhanahu wa ta’alaa yang diutus kepadamu, bahwa Allah juga mencintaimu sebagaimana kamu mencintai-Nya.”
Indahnya hidup ini apabila dikelilingi sahabat yang mencari cinta ALLAH...
Bersahabat kerana ALLAH...
Mengajak kepada kebaikan dan mencegah segala kemungkaran...
Sahabat ketika susah dan senang...
Ameen..

Monday, 2 November 2015

Sidi Ahsan AlBaqili AlHasani AlMaghribi

Mujaddid millah waddin al arif billah Sidi ahsan albaaqili alhasni almaghribi.
Syekh Maulana Ahsan bin Muhammad bin Abi Jamaah Al-Ba’qili lahir di Desa Ikidhi-Maroko. Pada usia 8 tahun ayahnya meninggal dunia, mulai saat itulah saudara-saudaranya yang mencukupi keperluan Beliau sehari-hari. Pada usia 14 tahun Beliau telah hafal Alquran, yang kemudian meneruskan menimba ilmu kepada para ulama diberbagai daerah Negara Matahari Terbenam tersebut, diantaranya di Qurawiyin-Fes, Medina Qasr Kabir, Medina Settat,dan lainnya.

Pada tahun 1321, Beliau mula mempelajari ilmu Tasawuf, mulanya dibawah bimbingan Syekh Sidi Ali Masfayubi, dan kemudian berguru kepada Syekh Al-Qutb Husen Al-Ifrani (W. 1328 H) penulis kitab “Tiryaqu al Qulub min Adawai al Ghaflah wa ad Dzunub”,.
Beliau juga banyak menghasikan karya ilmiah diantaranya :
Ø Iraatu Araaisi Syumusu Falaki al Haqaiq al Irfaniyah…
Ø As Syurbu as Shafi min al Karami al Kafi ala Jawahiri al Ma’ani
Ø Suqu al Asrar ila Hadrati al Syahidi as Sattar
Ø Az Zalalu al Asfa wa al Lubabu al Mahdi al Aufa
Ø Raf’u al Khilaf al Ghummah fi ma Yadzunnu fihi Ikhtilafu al Ummat
Ø Idhohu al Adillah bi Anwari al Aimmah
Ø Hasyiyah ala Syarhi as Suyuti ala Alfiyah ibni Maliki
Ø Tuhfat al Athfal fi Nahwi
Ø Dan lain sebagainya.
Adapun diantara murid-muridnya yang tersohor diantaranya ialah:
ü Syekh Sidi Ahmad bin Ali Al-Kasyti (W. 1374 H)
ü Syekh Sidi Muhammad Habib Al-Ba’qili
ü Syekh Sidi Muhammad Kabir Al-Ba’qili
ü Syekh Muhammad Arobi bin Mahdi (yang berkunjung ke Indonesia pada bulan September 2013 lalu), Dan lain-lain.
Dikisahkan oleh Syekh Muhammad bin Ahmad Alfa Hasyim Al-Futiy; pada musim haji saya bertemu dengan Sidi Ahsan Ba’qili, seorang yang Alim, ahli Fiqih, ahli Hadits pada zamannya yang hafal 200 ribu hadits beserta sanadnya, penulis produktif diberbagai disiplin ilmu. Hingga beliau terpukau dengan beberapa pertanyaan yang dijawab Sidi Ahsan Ba’qili, diantaranya; Zawiyah itu seharusnya diatas/dibawahnya tidak ada bangunan lagi untuk tempat tinggal.
Demikianlah cerita anak saudaranya Syekh Umar Al-Futiy penulis kitab “Ar Rimah” tersebut.
Pada tahun 1367 H., Beliau mulai diserang penyakit Hepatitis, yang hujungnya beliau menghadap kehadirat Sang Ilahi pada malam Jumaat 10 Syawal 1368 H. Dahulu dimakamkan di daerah Oulad Ziyan, namun -subhanallah- ketika dipindah ke daerah Ghufron-Casablanca mayatnya utuh walaupun sudah bertahun-tahun. Demikianlah biografi singkat Beliau yang dapat saya tuliskan disini, semoga bermanfaat dan semoga kita mendapat barokah dari ilmu beliau, Syekh Ahsan Ba'qili dari Casablanca.